Sustainable livelihood Pasca Erupsi Merapi |
|
Posted :
Tue, 26 June 2012 - 06:24
(
2742
views)
Pemulihan Sumber Mata Pencaharian Penduduk Melalui Pengelolaan Pertanian dan Peternakan Skala Mikro Secara Terpadu dan Berkelanjutan Desa Glagaharjo berada di wilayah Kecamatan Cangkringan, Kabupaten, Sleman, DIY. Desa ini berada pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) III. Jaraknya hanya sekitar 4 – 7 km dari puncak Gunung Merapi. Luas wilayah desa 795 ha, dengan peruntukan 765 ha lahan pertanian, perkebunan dan hutan rakyat, sedangkan 30 ha merupakan pemukiman. Desa ini secara administratif terbagi dalam 10 dusun dengan jumlah penduduk 3.560 jiwa atau 1.157 KK, (laki 1.710 jiwa, perempuan 1.850 jiwa). Erupsi Merapi pada tahun 2010 menimbulkan kerusakan yang sangat parah pada desa ini. Seluruh penduduk desa diungsikan pada waktu itu. Erupsi itu menimbulkan dampak penderitaan berat bagi warga masyarakat desa tersebut. Pasca erupsi Merapi bekerjasama dengan UNDP, LPTP melaksanakan program pemulihan sumber mata pencaharian penduduk melalui pengelolaan pertanian dan peternakan di Desa Glagahharjo Sleman. Program fokus dilaksanakan pada 3 dusun yakni Dusun Srunen, Dusun Kalitengah Lor dan Dusun Kalitengah Kidul. Tiga dusun ini dipilih karena menghadapi masalah sumber penghidupan.
Untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari terutama bahan pangan, air bersih, dan energi, masyarakat di tiga dusun itu harus membeli. Sementara jumlah uang yang dimiliki sangat terbatas. Kalaupun ada penggunaannya lebih diutamakan untuk pembangunan rumah yang terbakar atau roboh akibat ekses dari letusan Gunung Merapi. Sebenarnya tiga dusun itu memiliki potensi cukup besar dalam mensupport penghidupan mereka. Lahan pertanian ada meskipun waktu itu sebagian besar tertimbun abu vulkanik. Hasil umbi-umbian terutama ganyong dan garut juga ada. Begitu pula ternak dan limbah ternak yang cukup banyak bisa menjadi sumber pupuk organic. Apabila semua itu dikelola dengan baik akan memberi manfaat praktis, ekonomis dan dalam jangka panjang bisa menjadi landasan yang kuat untuk pemulihan sumber pencaharian yang lebih besar.
Pertimbangan lain dipilihnya tiga dusun tersebut juga karena pertimbangan kebijakan peruntukan kawasan yang ditetapkan pemerintah daerah. Berdasarkan Peraturan Bupati Sleman No 20 tahun 2011 pada pasal 6, wilayah Padukuhan Srunen, Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul ditetapkan dalam KRB (Kawasan Rawan Bencana) III yang harus direlokasi dan tidak boleh untuk hunian. Kegiatan yang diperbolehkan adalah pengembangan penanggulangan bencana, pemanfaatan sumberdaya air, hutan, pertanian lahan kering, ilmu pengetahuan, konservasi, penelitian dan wisata alam. Dengan merujuk pada Peraturan Bupati tersebut kegiatan yang direncanakan LPTP sudah mempertimbangkan kegiatan yang direkomendasikan dalam peraturan tersebut yaitu pertanian lahan kering (sayuran dan umbi-umbian), pengembangan rumput pakan ternak, penanaman tanaman turi dan pengelola pupuk organik.
Kemudian yang kedua pertimbangan kemanusian. Setelah erupsi mereda, penduduk kawasan itu kembali ke desanya namun pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti pangan, air bersih dan ekonomi tidak terjamin. Kebutuhan itu begitu mendasar sehingga perlu ada pemecahan segera. Selain itu juga memperhatikan pertimbangan praktis. Intervensi infrastruktur yang akan dilakukan tidak ada yang bersifat permanen. Infrastruktur yang akan diadakan adalah rumah produksi pupuk organik dan penampungan air limbah rumah tangga yang tidak permanen dan dirancang bisa dengan mudah dipindahkan ke tempat lain bila terjadi relokasi pemukiman penduduk. Bentuk–bentuk intervensi yang lain yang mendukung peruntukan kawasan yakni penanaman hijauan pakan ternak dan tanaman keras yang mendukung kegiatan konservasi. Juga ada penanaman sayuran dan pembuatan pupuk organik untuk mendukung kegiatan pertanian lahan kering.
Pertimbangan yang lain adalah pertimbangan strategis. Pada pertimbangan strategis ini bentuk programnya sebagian besar merupakan investasi peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan sumberdaya masyarakat (pengetahuan maupun keterampilan) yang akan bermanfaat bila masyarakat direlokasi ke tempat lain.
Pertimbangan strategis ini kemudian memotivasi untuk mengembangkan program pemulihan sumber penghidupan masyarakat melalui pertanian, peternakan secara terpadu dan berkelanjutan. Tujuan yang ingin dicapai dari program ini adalah meningkatnya kapasitas petani, peternak dan kelompok perempuan dalam mengelola sumberdaya pertanian dan peternakan untuk mempercepat proses pemulihan sumber mata pencaharian. Hasil yang diharapkan dari pendekatan ini adalah terpenuhinya kebutuhan sayur dan cadangan bahan pangan berbahan baku umbi-umbian. Kegiatan yang diselenggarakan adalah melakukan pelatihan pada kelompok tani perempuan tentang budidaya sayur organik di ahan pekarangan dan memfasilitasi pemanfaatan air limbah rumah tangga untuk menyirami tanaman sayur di musim kemarau. Selain itu juga memfasilitasi proses budidaya sayur organik dilahan pekarangan, melatih dan memfasilitasi budidaya tanaman umbi-umbian sebagai cadangan bahan pangan, pembuatan tepung ganyong serta aneka makanan berbahan baku umbi-umbian dan memfasilitasi pengelolaan hasil-hasil produksi sayur organik dan aneka makanan.
Untuk memenuhi kebutuhan akan hijauan pakan ternak dilakukan pelatihan dengan melatih kelompok petani tentang produksi pakan ternak sehat dan berkualitas dan memfasilitasi produksi pakan ternak sehat dan berkualitas. Untuk pemenuhan kebutuhan pupuk organik dilakukan melalui pemanfaatan kotoran ternak dan limbah organik. Itu untuk peningkatan kesuburan lahan pertaniannya. Untuk itu diadakan pelatihan yang diikuti kelompok petani tentang produksi pupuk organic dan memfasilitasi proses produksi dan aplikasi pupuk organik.
Agar tujuan itu dapat tercapai dilakukan beberapa pendekatan:
- Partisipartory action research.
Sekolah lapang pertanian dengan mengutamakan penguatan kapasitas teknis, management dan sosial. Menggunakan kelompok-kelompok sosial yang telah ada dan berfungsi efektif seperti kelompok tani, PKK, kelompok ternak, dan lainnya. Penerapan prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya alam (kelayakan ekonomi, kepraktisan dan keamanan secata teknis, diterima secara sosial, dan ramah lingkungan).
Program-program yang dilaksanakan akan memberi manfaat pada beberapa kelompok masyarakat. Untuk program pengembangan pertanian jumlah penerima mafaat langsung sebanyak 8 Kelompok Wanita Tani (KWT), dengan jumlah anggota 164 petani. Sedangkan penerima manfaat tidak langsung sebanyak 601 orang dengan perincian 302 laki dan 299 perempuan.
Tabel 1. Penerima manfaat program pertanian No | Nama Kelompok | Alamat | Jumlah Anggota (P) | Jumlah Anggota Keluarga | Laki | Perempuan | Total | 1 | Tani Subur | Kalitengah Lor | 21 | 35 | 40 | 75 | 2 | Tani Makmur | Kalitengah Lor | 20 | 37 | 33 | 70 | 3 | Ngudi Rejeki | Kalitengah Kidul | 20 | 39 | 33 | 72 | 4 | Ngudi Makmur | Kalitengah Kidul | 20 | 32 | 35 | 67 | 5 | Ngudi Rejeki | Srunen | 21 | 43 | 38 | 81 | 6 | Ngudi Lestari | Srunen | 21 | 48 | 38 | 86 | 7 | Sedyo Manunggal | Gading | 20 | 39 | 41 | 80 | 8 | Srikandi Bangkit | Jetis Sumur | 21 | 30 | 40 | 70 | | Jumlah | 164 | 302 | 299 | 601 | Sedangkan penerima manfaat dari program pengolahan aneka makanan berbahan baku umbi-umbian adalah 3 kelompok tani wanita. Jumlah anggotanya 49 petani dan penerima manfaat tidak langsung sebayak 184 petani dengan perincian 100 laki-laki dan 84 perempuan.
Tabel 2. Penerima Manfaat Program Makanan Olahan No | Nama Kelompok | Alamat | Jumlah anggota (P) | Jumlah Anggota Keluarga | Laki | Perempuan | Total | 1 | Melati Merapi Bangkit | Kalitengah Lor | 20 | 36 | 34 | 70 | 2 | Bangkit Merapi | Kalitengah Kidul | 14 | 30 | 22 | 52 | 3 | Kelompok MO Srunen | Srunen | 15 | 34 | 28 | 62 | | Jumlah | 49 | 100 | 84 | 184 | 
Untuk Penerima manfaat dari program peternakan dan pemanfaatan kotoran ternak untuk pupuk organic sebanyak 3 kelompok ternak. Jumlah penerima manfaat langsung 250 petani dan penerima manfaat tidak langsung 766 petani ( 274 laki, 246 perempuan). Jumlah ternak sapi yang dimiliki keseluruhannya 413 ekor. Dari kegiatan itu diharapkan mampu secara mandiri menyedikan pupuk untuk lahan yang dimiliki anggota kelompok ternak yang luasnya mencapai 74,7 ha. Tabel 3. Penerima Manfaat Program Peternakan Dan Pemanfaatan Kotoran Ternak Untuk Pupuk Organik NO | NAMA KELOMPOK | ALAMAT | JUMLAH ANGGOTA | JUMLAH KELUARGA | JUMLAH TERNAK SAPI | LUAS LAHAN (ha) | Total | L | P | 1 | Warga Rukun | Kalitengah Lor | 82 | 272 | 141 | 131 | 127 | 36,4 | 2 | Sumber Rejeki | Kalitengah Kidul | 82 | 258 | 136 | 122 | 99 | 18,9 | 3 | Hargo Makmur | Srunen | 86 | 267 | 136 | 131 | 187 | 19,4 | Dengan strategi program yang dikembangkan selama proses belajar mulai Oktober 2011 sampai dengan Maret 2012, memberikan dampak positif yang dirasakan masayrakat. Berdasarkan evaluasi bersama diketahui dari segi aspek sosial telah diaktifkannya kembali 5 Kelompok Wanita Tani (KWT) di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, Srunen, Gading dan Jetis Sumur. Selain itu juga terjali komunikasi dan kerjasama ibu–ibu antar dusun. Juga terjalinnya komunikasi dan kerjasama bapak–bapak anggota kelompok ternak antar dusun. Kegiatan itu juga memberi implikasi penyebaran dan peningkatan pengetahuan di luar penerima program dan meningkatnya semangat gotong royong membersihkan lahan secara bersama-sama.
Pada aspek penyebaran pengetahuan, hasil proses belajar budidaya sayuran ditularkan dan diajarkan di luar anggota kelompok tani wanita. Demikian juga terjadi penyebaran pengetahuan dan ketrampilan di luar anggota kelompok ternak dalam pembuatan silase, pembuatan dekomposer dari bahan lokal dan pembuatan pupuk organic.
Dari sisi aspek ekonomi dapat dianalisis dengan membudidayakan sayuran, dapat mengurangi belanja rumah tangga terutama dalam pembelian sayuran. Dalam satu tahun jika ditotal ada efisiensi anggaran belanja sebesar Rp.49.878.000,- Rata-rata belanja sayuran Rp.25.500/bulan/rumahtangga. Dengan jumlah anggota 164 rumah tangga/KWT maka budidaya sayuran secara mandiri di lahan-lahan mereka dapat menghemat belanja rumah tangga mereka.

Pada masa mendatang program penanaman hijauan pakan ternak akan lebih dikembangkan karena bisa melakukan efisiensi cukup besar. Diestimasi jika harga hijauan pakan ternak Rp. 2.500/ikat dan diberikan 3 kali perhari dan dengan jumlah petani peternak 250 orang kalau dapat dicukupi sendiri akan dihasilkan efisiensi cukup besar dalam satu tahunnya.
Sedang dari sisi aspek lingkungan diterapkannya penggunaan pupuk organik secara lebih luas untuk budidaya berbagai tanaman. Penggunaan pupuk oragnik ini lebih ramah lingkungan. Penggunaan pupuk organik ini juga untuk mengembalikan kesuburan lahan yang terkena material vulkanik. Sebelum program dilaksanakan rata–rata pH tanah 5, saat ini meningkat menjadi 6. Selain itu untuk keperluan konservasi dilakukan penanaman turi di berbagai tempat.
Dari aspek pembelajaran bersama (lesson learn) yang dikembangkan selama program dapat dilihat dari aspek manajemen program, yaitu penggalian informasi yang mendalam bersama-sama dengan masyarakat mengenai permasalahan, kebutuhan dan potensi masyarakat secara partisipatif. Itu akan membantu pelaksanaan program sesuai dengan rencana kerja kebutuhan masyarakat(bottom up planning).
Pendekatan Sekolah Lapang yang digunakan mendorong terbangunnya learning cyrcle masyarakat. Ini dimulai dari menemukan permasalahan, menganalisa, menemukan solusi, mempraktekkannya, mengevaluasi dan membuat perbaikan untuk solusi ke depan. Sedangkan konsep program yang berbasis pada sumberdaya alam dan kearifan lokal mengurangi ketergantungan dengan pihak luar dan mendorong percepatan pemulihan sumber-sumber pencaharian masyarakat serta menjamin keberlanjutan upaya-upaya pemulihan di masa depan.
Konsep ini membuka ruang partisipasi yang lebih luas bagi masyarakat terutama kaum perempuan. Konsep ini mendorong terjadinya keterpaduan secara teknis, ekonomis, lingkungan dan sosial sehingga terintegral dan efisien.
Dari sisi aspek gender program ini mampu memberikan ruang dan wadah bagi keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam program menata kehidupan kembali. Jumlah wanita dalam kelompok tani wanita yang direncanakan berpartisipasi aktif sebanyak 160 orang namun yang ikut sebanyak 164 orang. Untuk mengelola lahan yang tertutup abu vulkanik, anggota kelompok bergotong royong membersihkan lahan bersama-sama secara bergiliran. Peran domestik ibu–ibu yang biasanya kurang diperhitungkan dalam keluarga menjadi lebih berarti ketika ibu–ibu dapat membantu mengurangi belanja keluarga dari anggaran pembelian sayuran.
Pasca erupsi Merapi sumber bahan pangan local yang cepat tumbuh dan belum dikelola sebagai sumber bahan pangan seperti umbi-umbian ganyong dan garut mulai mendapat perhatian. Masyarakat lokal di situ sudah mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan keahlian dalam pengolahan aneka makanan olahan.
Program yang sudah dijalankan yaitu pertanian lahan kering (sayuran dan umbi-umbian) yang ditumpangsarikan dengan pengembangan tanaman pakan ternak jenis turi, penanaman tanaman sengon serta dilengkapi dengan penggunaan pupuk organik, merupakan alternatif bagi warga masyarakat di kawasan puncak Merapi itu untuk mendapat penghasilan jangka pendek yang tidak bertentangan dengan kebijakan peruntukan kawasannya.
Pada aspek pengurangan resiko bencana terbangunnya adaptasi masyarakat terhadap bencana di sektor livelihood yang memanfaatkan potesni local yang ada. Masyarakat pada masing–masing dusun sudah memiliki Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) dan juga sudah memiliki Kontijensi Plan (Rencana Kesiapsiagaan) yang disusun sebagai standar prosedur jika terjadi bencana. Masyarakat juga sudah memiliki kesiapsiagaan dengan memanfaatkan potensi local untuk menata kehidupan kembali.
Dari sisi aspek ekonomi telah terjadi diversifikasi mata pencaharian menjadi salah satu strategi untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan keamanan pangan masyarakat jika terjadi bencana terutama yang berdampak pada asset natural. Pengembangan usaha makanan olahan telah dilakukan oleh ibu–ibu di lokasi program.
Selain itu pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman sayuran dan umbi–umbian (yang tahan terhadap erupsi Merapi) dilakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga terhadap kebutuhan pangan dan mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain. Pengurangan biaya produksi pertanian terutama untuk belanja pupuk akan meningkatkan kemandirian masyarakat serta menjaga keberlanjutan fungsi dan manfaat tanah. Sedang pemanfaatan dan pengolahan air limbah rumah tangga untuk irigasi, mengurangi belanja keluarga dari pembelian air untuk budidaya sayuran.
Begitu yang telah dilakukan team LPTP selama hampir 1 semester di tiga dusun di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman dalam program DRR yang fokus pada livelihood. Pemulihan kehidupan yang terkena ekses bencana memang perlu waktu lama, namun setidak-tidaknya perlu langkah awal yang nantinya akan dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat sendiri. Team LPTP itu adalah Sumino sebagai penanggung jawab, Titik Suzana sebagai koordinator lapangan dan fasilitator yang terdiri dari Sri, Iwan, Weny & Digdo. Selain itu juga ada Purwono Yunianto sebagai fasiliotator ahli pertanian. Program itu dijalankan oleh LPTP bekerjasama dengan UNDP. *** |